Minggu, 21 Juli 2013

Asal usul Kampung Kauman

Nama Kauman berasal dari Istilah Kawulo Slamet Aman dengan  mengacu pada sejarah bahwa dahulu ada sekelompok orang yang menghuni sebuah hutan. Orang orang ini merasa tidak nyaman dalam menjalani kehidupannya karena ketentraman mereka selalu diganggu oleh para penghuni hutan yang berupa binatang, para budi srani dan penunggun lainnya. Pada suatu hari mereka mengadakan musyawarah yang dipimpin oleh Eyang Dullah Srengat untuk mengadakan perlawanan dengan penunggu hutan tersebut dengan cara menebang subuah pohon yang teryata sebagai tempat persembunyian para pengganggu kehidupan mereka.
Pada hari yang telah ditentukan berangkatlah Dullah Srengat bersama teman-temannya untuk mengadakan perlawanan dengan penghuni hutan itu. Namun dalam beberapa kali penyerangan yang dilakukan, Eyang Dullah Srengat mengalami beberapa hambatan, sehingga penaklukan kepada penghuni hutan belum membuahkan hasil.
Pada suatu hari ada seorang dari klaten bernama Amir Mahmud yang sedang dalam perjalanan menemui Raden Betoro Katong. Orang ini membantu eyang Dullah Srengat dan kawan kawannya untuk menaklukkan para penghuni hutan.
Dalam penyerangan kali ini Eyang Dullah Srengat dan Eyang Amir Mahmud berhasil membakar pohon yang jadi tempat persebunyian para pengganggu dengan cara yang sangat tradisional yaitu menggesek-gesekkan batu lintang ke pohon yang telah dilingkari dengan bunga alang-alang. Karena panas maka percikan batu itu dapat menimbulkan api dan membakar bunga alang-alang sehingga pohon itu tumbang. Ketika pohon tumbang itulah bumi bergetar dan tiba-tiba muncul seorang pertapa ngalong bernama kibekel Wiryo Dikromo Niti atau terkenal dengan sebutan mbah Solo yang di makomkan di kedung pawun, membantu menaklukkan penghuni hutan. Yang akhirnya kawasan hutan berhasil ditelukkan.
Walaupun kawasan hutan telah ditelukkan, namun mereka tidak akan mengganggu kawulo penghuni hutan. Ini artinya penghuni hutan tetap dalam keadaan aman sebagaimana yang di ucapkan oleh Amir Mahmud ketika menancapkan teken di dekat pohon yang tumbang sebagai tanda telukan. Disisi lain Eyang Dullah Srengat tetap minta supaya kehidupannya di dalam hutan itu tidak di ganggu oleh kawulo hutan.
Pembicaraan kedua orang itu disaksikan oleh kiBekel Wiryo Dikromo Niti. Maka atas permintaan kedua orang tersebut, bekel wiryo Dikrono niti berucap bahwa hutan telukan itu adalah laladan Kawulo Aman.
Dalam perkembangannya kawasan taklukan dari Dullah Srengat Amir Mahmud, dan ki bekel Wiryodikromo menjadi daerah yang maju, sehingga terbentuklah suatu pemerintahan dengan nama Kauman, dengan mengacu pada sejarah bahwa leluhur mereka adalah Kaum yang minta Aman.
Petilasan Eyang Dullah Srengat di depan Balai Desa sekarang ini dan di makomkan di Oro-oro Belik Telu Dukuh Tamanan. 

Makom bekel wiryodikromo niti






Makam Eyang Dulah Srengat









Sedangkan makom Amir Mahfut adalah di Daerah Tosari Ponorogo. Adapun tongkat Amir Mahfut terkadang masih menampakkan diri kepada orang-orang di sekitar tempat petilasan itu.

0 komentar:

Posting Komentar