Nama
Kauman berasal dari Istilah Kawulo Slamet Aman dengan mengacu pada
sejarah bahwa dahulu ada sekelompok orang yang menghuni sebuah hutan.
Orang orang ini merasa tidak nyaman dalam menjalani kehidupannya karena
ketentraman mereka selalu diganggu oleh para penghuni hutan yang berupa
binatang, para budi srani dan penunggun lainnya. Pada suatu hari mereka
mengadakan musyawarah yang dipimpin oleh Eyang Dullah Srengat untuk
mengadakan perlawanan dengan penunggu hutan tersebut dengan cara
menebang subuah pohon yang teryata sebagai tempat persembunyian para
pengganggu kehidupan mereka.
Pada
hari yang telah ditentukan berangkatlah Dullah Srengat bersama
teman-temannya untuk mengadakan perlawanan dengan penghuni hutan itu.
Namun dalam beberapa kali penyerangan yang dilakukan, Eyang Dullah
Srengat mengalami beberapa hambatan, sehingga penaklukan kepada penghuni
hutan belum membuahkan hasil.
Pada
suatu hari ada seorang dari klaten bernama Amir Mahmud yang sedang
dalam perjalanan menemui Raden Betoro Katong. Orang ini membantu eyang
Dullah Srengat dan kawan kawannya untuk menaklukkan para penghuni hutan.
Dalam
penyerangan kali ini Eyang Dullah Srengat dan Eyang Amir Mahmud
berhasil membakar pohon yang jadi tempat persebunyian para pengganggu
dengan cara yang sangat tradisional yaitu menggesek-gesekkan batu
lintang ke pohon yang telah dilingkari dengan bunga alang-alang. Karena
panas maka percikan batu itu dapat menimbulkan api dan membakar bunga
alang-alang sehingga pohon itu tumbang. Ketika pohon tumbang itulah bumi
bergetar dan tiba-tiba muncul seorang pertapa ngalong bernama kibekel
Wiryo Dikromo Niti atau terkenal dengan sebutan mbah Solo yang di makomkan di kedung pawun, membantu menaklukkan penghuni hutan. Yang akhirnya kawasan hutan berhasil ditelukkan.
Walaupun
kawasan hutan telah ditelukkan, namun mereka tidak akan mengganggu
kawulo penghuni hutan. Ini artinya penghuni hutan tetap dalam keadaan
aman sebagaimana yang di ucapkan oleh Amir Mahmud ketika menancapkan
teken di dekat pohon yang tumbang sebagai tanda telukan. Disisi lain
Eyang Dullah Srengat tetap minta supaya kehidupannya di dalam hutan itu
tidak di ganggu oleh kawulo hutan.
Pembicaraan
kedua orang itu disaksikan oleh kiBekel Wiryo Dikromo Niti. Maka atas
permintaan kedua orang tersebut, bekel wiryo Dikrono niti berucap bahwa
hutan telukan itu adalah laladan Kawulo Aman.
Dalam
perkembangannya kawasan taklukan dari Dullah Srengat Amir Mahmud, dan
ki bekel Wiryodikromo menjadi daerah yang maju, sehingga terbentuklah
suatu pemerintahan dengan nama Kauman, dengan mengacu pada sejarah bahwa
leluhur mereka adalah Kaum yang minta Aman.
Petilasan Eyang Dullah Srengat di depan Balai Desa sekarang ini dan di makomkan di Oro-oro Belik Telu Dukuh Tamanan.
Makom bekel wiryodikromo niti |
Makam Eyang Dulah Srengat |
Sedangkan
makom Amir Mahfut adalah di Daerah Tosari Ponorogo. Adapun tongkat Amir
Mahfut terkadang masih menampakkan diri kepada orang-orang di sekitar
tempat petilasan itu.
0 komentar:
Posting Komentar